Membuat Kelas yang Beragam Menjadi Lebih Efektif

Posting Komentar

 

 

Situasi kelas

Sebagai seorang pendidik, salah satu tantangan yang dihadapi di kelas adalah memfasilitasi keberagaman yang ada di kelas. Secara alami, hampir semua kelas di hampir semua sekolah akan memiliki keberagaman. Mulai dari kecepatan belajar, minat, semangat belajar sampai pengetahuan prasayarat. Mungkin ada sih beberapa sekolah “upnormal” yang hanya dikhususkan bagi siswa dengan kemampuan tertentu, tapi saya yakin tetap ada keberagaman disana.

Keniscayaan akan adanya keberagaman itu memang wajar dan mencerminkan manusia di dunia yang juga beragam. Untuk itu, keberagaman itu tidak perlu dihindari, tapi harus diberdayakan.

Dilema yang biasa dialami guru biasanya adalah menghadapi siswa dengan keberagaman kecepatan belajar. Saat mengikuti yang cepat, siswa yang lambat akan tertinggal. Saat mengikuti yang lambar, siswa yang cepat akan merasa bosan. Biasanya, jalan tengahnya adalah dengan kecepatan sedang, yang kadang siswa lambat juga tertinggal dan siswa cepat agk bosan juga.

 

 Pergeseran kurikulum

Nah, seiring dengan pergeseran paradigma pendidikan sesuai dengan rencara kurikulum prototipe 2022, penekanan dalam pembelajaran akan lebih ke problem solving dan critical thinking. Artinya guru bisa lebih dinamis dalam menyajikan pembelajaran. Lebih berfokus pada melatih berpikir kritis di materi tersebut serta mengupayakan problem solving akan masalah yang ada terkait dengan bab yang sedang dipelajari.

Sebetulnya ini adalah peluang besar. Karena pembelajaran harusnya bisa lebih beragam dan fokus ke masalah yang ada di sekitar kita. Maka pengetahuan dan keterampilan sama-sama dibutuhkan untuk menyelesaikan itu. Keterampilan tidak lagi hanya sekedar formalitas yang asal ada saja.

 

Pembelajaran berdiferensiasi

Salah satu prinsip yang dapat digunakan untuk memfasilitasi keberagaman yaitu dengan pembelajaran berdiferensiasi. Bersiferensiasi artinya beragam. Secara teoretis Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.  Secara sederhana pembelajaran verdiferensiasi meminta meminta gutu untuk menyediakan berbagai hal untuk siswa yang beragam.

Beberapa aspek yang  dijadikan harus memperhatikan 5 hal berikut:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

 

 

Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

 

Contoh mengidentifikasi kebutuhan belajar murid

Guru dapat mengidentifikasi kebutuhan murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid.

  1. mengamati perilaku murid-murid mereka; 
  2. mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik  yang akan dipelajari;
  3. melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
  4. mendiskusikan kebutuhan murid  dengan orang tua atau wali murid;
  5. mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
  6. bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
  7. membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
  8. berbicara dengan guru murid sebelumnya;
  9. membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
  10. menggunakan berbagai penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang  sesuai;
  11. melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
  12. mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; dll. 

Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih banyak cara lain yang dapat guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid mereka.

 

 

Penutup

Pembelajaran berdiferensiasi mencoba untuk memfasilitasi keragaman yang ada di kelas. Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Mulai dari variasi apa yang dibelajari, cara mempelajari, tingkat kesulitan, variasi output pembelajaran, serta variasi penilaian. Semua ini bertujuan agar semua siswa berkembang dan harapannya mencapai potensi terbaiknya. Jadi tidak ada yang tertinggal.

 

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar